Jujur saja, aku merasa sangat lelah Aku terlalu dipermainkan oleh perasaanku sendiri Kadang ingin tetap bertahan, kadang juga ingin berhenti Kadang ingin menjauh pergi, tapi naluri meminta berjuang lagi Padahal nyatanya, aku kembali berhenti di dalam duka seperti ini Untuk kesekian kali, lagi, dan lagi
Aku tidak ingin mencintainya, jika pada akhirnya aku harus terluka Aku tidak ingin mencintainya, jika pada akhirnya aku tidak bersamanya Meski terkadang orang bilang, cinta yang tulus tak perlu balasan Tapi rasanya itu semua hanyalah kebohongan Siapapun, pasti ingin cintanya terbalaskan Meski hanya sekedar mendapat pengakuan tanpa mampu digenggam
Kenapa aku harus mencintainya? Kenapa aku harus menyayanginya? Kenapa aku harus menginginkannya? Kenapa aku harus selalu memikirkannya? Kenapa rasa itu harus ada untuknya? Sementara dia? Sama sekali tidak turut merasakannya
Aku bosan berteman dengan duka Aku lelah menangis dalam asa Aku ingin bahagia, sama seperti yang lainnya Aku ingin cintaku utuh hanya untuk Allah semata Sampai kapan aku harus berada dalam titik ujian? Sampai berapa lama lagi aku hidup dengan penderitaan? Tak pantaskah aku merasakan ketenangan?
Pertanyaan itulah yang selalu bergelut dalam fikiran kala hati mulai dipenuhi rasa sesak dan luka yang cukup menyayat Aku terlalu banyak dikelilingi pertanyaan yang sebenarnya tidak pantas ku pertanyakan Aku cukup sadar setelah aku merasa tenang, bahwa semua itu hanya sekedar emosi sesaat, Sedikit luapan atas setumpuk beban yang tak sanggup lagi ku tahan
Seketika nuraniku mengatakan bahwa aku harus banyak belajar Entah itu belajar menerimima kenyataan, Atau bersabar dalam menjadi pemeran skenario Tuhan Untuk apapun itu, kelak pasti akan ku temukan jalan Entah akan berujung kepadanya, atau seseorang yang lebih baik darinya
Meski hati menginginkan dia untuk melabuhkan rasa Tetapi jika Allah tidak menghendaki, aku bisa apa?
0 komentar:
Post a Comment